LIVE
3,605 sedang menonton

Negara Arab Kecam Serangan AS ke Nuklir Iran

Fasilitas nuklir Fordow Iran sebelum diserang AS. (via REUTERS/MAXAR TECHNOLOGIES) DaunNews
Fasilitas nuklir Fordow Iran sebelum diserang AS. (via REUTERS/MAXAR TECHNOLOGIES)

Negara-Negara Arab Kecam Serangan Udara AS ke Nuklir Iran: Seruan Diplomasi Menggema di Timur Tengah

Daun News – Internasional

Ketegangan geopolitik di Timur Tengah kembali meningkat tajam. Serangan udara Amerika Serikat terhadap tiga fasilitas nuklir utama di Iran pada Minggu (22/6/2025) mengundang kecaman keras dari berbagai negara Arab. Negara-negara yang sebelumnya memiliki hubungan dingin dengan Iran kini justru menyerukan deeskalasi dan diplomasi, menyadari bahaya nyata yang mengancam stabilitas regional.

Dalam pernyataan yang dirilis oleh berbagai media internasional, termasuk AFP, negara-negara Arab menyatakan keprihatinan mendalam dan mengutuk tindakan militer AS, seraya memperingatkan bahwa konflik yang lebih luas bisa berdampak buruk terhadap keamanan dan ekonomi kawasan.


Arab Saudi: Dari Rival Tradisional Menjadi Mediator Damai

Arab Saudi, yang selama bertahun-tahun dikenal sebagai rival berat Iran, kini menunjukkan sikap moderat. Dalam pernyataan resminya, Riyadh menyatakan "sangat khawatir" atas serangan udara yang dilakukan AS.

“Kami menyerukan semua pihak untuk menahan diri dan kembali ke meja perundingan,” demikian pernyataan Kementerian Luar Negeri Arab Saudi.

Arab Saudi sendiri sejak tahun 2023 telah terlibat dalam proses normalisasi hubungan dengan Teheran, dengan mediasi diplomatik aktif dari Tiongkok. Hubungan ini membuat posisi Arab Saudi saat ini sangat berbeda dibandingkan satu dekade lalu, ketika konflik Sunni–Syiah mewarnai hubungan kedua negara.


Qatar, Bahrain, dan Oman: Seruan untuk Deeskalasi

Qatar, tuan rumah pangkalan militer AS terbesar di Timur Tengah, menyatakan bahwa pihaknya “sangat prihatin” dengan situasi terbaru ini. Kementerian Luar Negeri Qatar menyebut bahwa serangan AS terhadap Iran berisiko menimbulkan “dampak bencana” bagi stabilitas kawasan dan dunia secara luas.

Sementara itu, Oman, yang selama ini memainkan peran penting sebagai mediator nuklir antara Iran dan Barat, mengutuk keras tindakan Washington. Negara Teluk tersebut menilai serangan udara terhadap Iran sebagai tindakan ilegal dan provokatif, dan menyerukan deeskalasi segera.

“Kami mendorong semua pihak kembali ke jalur diplomasi dan menghindari langkah yang memperburuk situasi,” tegas pernyataan Kementerian Luar Negeri Oman.

Bahrain, rumah bagi Armada Kelima Angkatan Laut AS, bahkan telah mengeluarkan kebijakan bekerja dari rumah bagi sebagian besar pegawai pemerintahnya sebagai langkah antisipasi. Langkah ini diambil menyusul meningkatnya ketegangan setelah serangan udara tersebut.


Kuwait dan UEA Aktifkan Rencana Darurat

Uni Emirat Arab (UEA) juga menyampaikan keprihatinannya dan menyerukan agar semua pihak menahan diri. Pemerintah UEA meminta "eskalasi segera", sambil mengingatkan bahwa kawasan tidak dapat menanggung beban konflik berskala besar.

Di sisi lain, Kuwait secara langsung mengaktifkan rencana darurat nasional, termasuk mempersiapkan tempat perlindungan jika konflik berkembang menjadi lebih serius. Kementerian Keuangan negara itu juga dikabarkan telah memerintahkan audit terhadap semua aset kritis sebagai bentuk kesiapsiagaan menghadapi potensi krisis keamanan.


Irak dan Lebanon: Kekhawatiran Akan Intervensi Faksi Bersenjata

Irak, yang juga menjadi tuan rumah pangkalan militer AS, memberikan kecaman paling keras. Juru bicara pemerintah Irak, Basim Alawadi, menyebut serangan tersebut sebagai "ancaman serius bagi perdamaian dan keamanan di Timur Tengah."

“Kami mengecam keras tindakan militer ini dan menyerukan kembalinya jalur diplomasi,” ujarnya.

Di Irak, kekhawatiran muncul atas potensi respon dari faksi-faksi bersenjata yang didukung Iran, seperti milisi Hashd al-Shaabi. Kelompok-kelompok tersebut telah beberapa kali mengancam akan menyerang kepentingan AS di kawasan jika Amerika bergabung langsung dalam konflik antara Israel dan Iran.

Sementara itu, Presiden Lebanon Joseph Aoun, yang selama ini dikenal dekat dengan AS, mengimbau kedua pihak untuk melanjutkan dialog. Lebanon sendiri berada dalam posisi sangat rapuh, mengingat keberadaan kelompok Hizbullah yang didukung Iran dan sejarah konflik dengan Israel yang masih membekas.


Mesir dan Hamas: Kecaman dan Peringatan Bahaya Regional

Mesir, sebagai salah satu kekuatan politik di dunia Arab, juga mengutuk serangan tersebut, memperingatkan akan "dampak berbahaya" bagi kawasan. Kementerian Luar Negeri Mesir menyerukan agar seluruh pihak menahan diri dan menghindari tindakan yang bisa memperburuk situasi.

Kelompok Hamas Palestina, yang saat ini masih dalam proses pemulihan setelah konflik Gaza, menyebut tindakan AS sebagai “agresi terang-terangan terhadap rakyat Iran” dan menuduh Washington sebagai pemicu instabilitas regional yang tak berkesudahan.


Houthi Ancam Targetkan Kapal Perang AS

Dalam perkembangan mengkhawatirkan lainnya, kelompok Houthi di Yaman—yang didukung oleh Iran—kembali mengeluarkan ancaman. Mereka menyebut serangan udara AS sebagai “deklarasi perang” terhadap rakyat Iran, dan berjanji untuk menargetkan kapal-kapal dan armada militer AS di Laut Merah.

“Jika Washington melanjutkan agresinya, kami tidak akan segan menyerang,” demikian pernyataan resmi dari sayap militer Houthi, yang menyebut gencatan senjata terbaru dengan Oman sebagai tidak berlaku jika AS tetap menyerang Iran.


Trump: Serangan Ini Keberhasilan Spektakuler

Sementara negara-negara Arab bersuara satu dalam mengutuk, Presiden AS Donald Trump justru menyebut serangan udara itu sebagai “keberhasilan militer yang spektakuler.”

“Kami berhasil menghancurkan tiga situs nuklir utama Iran. Ini adalah pesan bahwa Amerika akan bertindak tegas terhadap ancaman global,” tegas Trump dalam pidato yang disiarkan secara nasional.

Trump menambahkan bahwa serangan lanjutan mungkin dilakukan jika Iran tidak menunjukkan sinyal damai.


Seruan Bersama untuk Diplomasi

Dalam menghadapi eskalasi konflik ini, nyaris seluruh negara Arab sepakat pada satu hal: kembalinya diplomasi sebagai solusi. Bahkan negara-negara yang sebelumnya memiliki hubungan tegang dengan Teheran kini justru menjadi pendorong utama dialog damai.

Diplomasi dianggap sebagai jalan satu-satunya yang mampu mencegah bencana regional berskala besar, terutama mengingat adanya banyak pangkalan dan aset vital milik AS di wilayah Teluk yang rentan menjadi target.


Apa Dampaknya untuk Dunia?

Ketegangan antara AS dan Iran berpotensi menciptakan efek domino:

  1. Lonjakan Harga Minyak Global
    Negara-negara penghasil minyak seperti Arab Saudi, Kuwait, dan UEA kemungkinan akan terdampak jika jalur distribusi terganggu.

  2. Krisis Pengungsi Baru
    Konflik berskala luas bisa mendorong eksodus besar-besaran dari Iran ke negara-negara tetangga.

  3. Ancaman Keamanan Global
    Kelompok-kelompok proksi Iran bisa meningkatkan serangan di berbagai belahan dunia, menimbulkan kekacauan global.


Penutup: Diplomasi atau Kehancuran?

Situasi di Timur Tengah kini berada di titik balik sejarah. Serangan udara AS ke situs nuklir Iran bukan hanya mengguncang Teheran, tapi juga menciptakan kecemasan kolektif di seluruh dunia Arab.

Dalam sejarah modern kawasan ini, baru kali ini Arab Saudi, Qatar, Oman, UEA, Bahrain, Mesir, Irak, dan Lebanon bersatu suara dalam menyerukan perdamaian.

Pertanyaannya sekarang adalah: akankah Washington dan Teheran mendengar seruan ini? Ataukah dunia akan kembali menyaksikan satu lagi babak kelam dalam sejarah konflik Timur Tengah?

Hanya waktu dan keputusan para pemimpin dunia yang bisa menjawab.


Signature:
Ditulis oleh Daun News, bagian dari jaringan berita Daungroup. Menyajikan informasi terkini dan terpercaya seputar geopolitik internasional untuk pembaca Indonesia.


Ditulis oleh Tim Redaksi
© 2025 DaunNews - Menyajikan Fakta, Bukan Sekadar Berita

Posting Komentar

0 Komentar